Home » » Mengenal R.M Panji Sosrokartono,Sang Jenius dari Timur

Mengenal R.M Panji Sosrokartono,Sang Jenius dari Timur

Written By demi anak on Jumat, 28 Februari 2014 | 20.13

Akhirnya Diangkat Jadi HT Juga
Tengkiw Min Mod Quote:Salam Sejarah
"Sugih tanpa banda, digdaya tanpa aji.
Trimah mawi pasrah
suwung pamrih tebih
ajrih langgeng tan ana susah tan ana bungah
anteng manteng sugeng jeneng"
_________________________________________
Tulisan di nisan Sosrokartono

Quote:Quote: Raden Mas Panji Sosrokartono
"Pangeran Dari Tanah Jawa"
Quote:Quote:Quote:PAHLAWAN YANG TERLUPAKANQuote:TAK banyak memang yang mengenal sosoknya. Kaum bangsawan di Belanda menjulukinya Pangeran dari Tanah Jawa. Namanya Raden Mas Panji Sosrokartono. Dia adalah Kakak tokoh penggerak emansipasi wanita RAKartini. Jasanya untuk membesarkan bangsaini tidak perlu diragukan lagi, karena sepak terjangnya dalam dunia jurnalistik diakui oleh dunia. Hanya sayangnya,oraganisasi ‘kuli tinta’ Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) belum juga meliriknya,sehingga jasanya dalam bidang jurnalistik terkesan dilupakan.Pria yang mengembara ke Eropa selama29 tahun ini, Terlahir di Desa Mayong, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara pada 10 April 1877.Dirinya tumbuh sebagai seorang intelektul,karena selama menjadi mahasiswa Universitas Leiden ia bergaul dengan kalangan intlektual dan bangsawan. Jaditidak heran kalau almarhum Bung Hattaketika itu menyebutkan Raden Mas PanjiSosrokartono sebagai seorang yang jenius. Quote:Sosrokartono MudaQuote:Quote:Sosrokartono yang di Jepara akrab dipanggil Kartono ini, sejak kecil sudah memiliki kemampuan belajar dan analisis yang istimewa, dan konon bisa meramal masa depan. Nah, berlawanan dengan Kartini yang kecerdasannya harus terkungkung isu gender, kecerdasan Kartono difasilitasi penuh oleh keluarganya tanpa dipingit-pingit. Poor Kartini..

Setelah lulus Eropesche Lagere School di Jepara, ia melanjutkan pendidikannya ke H.B.S. di Semarang. Nah dari sinilah CV akademiknya melambung jauh ketika ia melanjutkan sekolah ke Leiden, Belanda tahun 1898. Mula-mula ia diterima di sekolah Teknik Tinggi, tetapi merasa gak cocok, terus pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur. Beliau tercatat sebagai mahasiswa pribumi pertama, yang membuka jalan bagi bumiputera2 lain yang ingin melanjutkan sekolah tinggi di luar Hindia-Belanda.

Pembimbing utama Kartono di Leiden adalah Profesor Dr Johan Hendrik Kern, seorang Orientalis. Ia segera menjadi murid kesayang-an Kern. Meski baru pindah kampus, Kern sudah menyuruhnya bicara di Kongres Sastra Belanda di Gent, Belgia, pada September 1899.

Kartono membawakan pidato Het Nederlandsch in Indie (Bahasa Belanda di Hindia Belanda). Seruan patriotik agar Belanda mengajarkan bahasanya lebih luas bagi rakyat Jawa itu dimuat di majalah bulanan Neerlandia sebulan kemudian.Quote:Wartawan Perang Indonesia PertamaQuote:Quote:Kisah gemilang mas Kartono ini berlanjut setelah ia lulus dan memperoleh gelar Docterandus in de Oostersche Talen dari Perguruan Tinggi Leiden. Ia pun berkeliling Eropa untuk mencari pekerjaan. Kemampuan luar biasanya dalam mempelajari bahasa sangat membantunya. Pada tahun 1917, koran Amerika The New York Herald Tribune,yang menerbitkan edisi internasionalnya International Herald Tribune di kota Wina, Ibukota Austria, membuka lowongan kerja sebagai wartawan perang untuk meliput Perang Dunia I. Salah satu tes adalah menyingkat-padatkan sebuah berita dalam bahasa Perancis yang panjangnya satu kolom menjadi berita yang terdiri atas kurang lebih 30 kata, dan harus ditulis dalam 4 bahasa yaitu Inggris, Spanyol, Rusia dan Perancis sendiri. Kartono, tentunya satu-satunya putra nusantara yang ikut melamar, berhasil memeras berita itu menjadi 27 kata, sedangkan para pelamar lainnya lebih dari 30 kata, sehingga akhirnya ia terpilih sebagai wartawan perang surat kabar bergengsi tersebut. Konon beliau semasa hidupnya menguasai 24 bahasa asing (termasuk bahasa Basque) serta 10 bahasa nusantara. Bahkan ada yang bilang bahasa asing yang dikuasainya bukanlah 24 tetapi 27 bahasa !

The New York Herald adalah koran yang diterbitkan di New York dan bertahan hidup dari 1835 sampai 1924. Pada Perang Dunia I, koran ini juga terbit dalam edisi Eropa. Surat kabar ini kemudian melakukan merger dengan The New York Tribune, menjadi The New York Herald Tribune yang terbit sampai hari ini.

Ketika bertugas dalam medan perang, Agar supaya pekerjaannya lancar ia juga diberi pangkat Mayor oleh Sekutu.. Tapi ia menolak membawa senjata. “Saya tidak akan menyerang orang, karena itu saya pun tak akan diserang. Jadi apa perlunya membawa senjata?” kata Kartono, seperti dikutip dalam naskah Drs. RMP Sosrokartono, Sarjono-Satrya Pinandita karya Amin Singgih.

Salah satu keberhasilan Kartono sebagai wartawan perang adalah ketika ia memuat hasil perundingan antara Jerman yang kalah perang dan Prancis yang menang perang. Perundingan antara Stresman yang mewakili Jerman dan Foch yang mewakili Prancis itu berlangsung secara rahasia di sebuah gerbong kereta api di hutan Campienne, Prancis, dan dijaga sangat ketat.Ketika banyak wartawan yang mencium adanya ‘perundingan perdamaian rahasia’ masih sibuk mencari informasi, koran Amerika The New York Herald Tribune ternyata telah berhasil memuat hasil perundingan rahasia tersebut. Penulisnya ‘anonim’, cuma menggunakan kode pengenal ‘Bintang Tiga’. Kode tersebut di kalangan wartawan Perang Dunia ke I dikenal sebagai kode dari wartawan perang RMP Sosrokartono. Konon tulisan itu menggemparkan Amerika dan juga Eropa. Yang menjadi pertanyaan bagaimana RMP Sosrokartono bisa mendapat hasil perundingan perdamaian yang amat dirahasiakan dan dijaga ketat? Apakah RMP Sosrokartono menjadi penterjemah dalam perundingan rahasia tersebut? Kalau ia menjadi penterjemah dalam perundingan rahasia itu lalu bagaimana ia menyelundupkan beritanya keluar? Seandainya ia tidak menjadi penterjemah dalam perundingan perdamaian rahasia itu, sebagai wartawan perang, bagaimana caranya ia bisa mendapat hasil perundingan perdamaian rahasia tersebut? Sayangnya dalam buku Biografi RMP Sosrokartono tidak ada informasi mengenai hal ini. Namun tak dapat disangkal lagi, berita tulisan RMP Sosrokartono di koran New York Herald Tribune mengenai hasil perdamaian rahasia Perang Dunia I itu merupakan salah satu prestasi luar biasa Sosrokartono sebagai wartawan perang.
Quote:Juru Bahasa Tunggal Volken Bond
(Cikal Bakal PBB)
Quote:Quote:Kemampuan bahasa Kartono juga mengantarnya menjadi juru bahasa tunggal di Volken Bond atau Liga Bangsa-Bangsa, Dari tahun 1919 sampai 1921, RMP Sosrokartono, anak Bumiputra, mampu menjabat sebagai Kepala Penterjemah untuk semua bahasa yang digunakan di Liga Bangsa-Bangsa. Ia berhasil mengalahkan poliglot-poliglot dari Eropa dan Amerika sehingga meraih jabatan tersebut. Liga Bangsa-Bangsa kemudian berubah nama menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Organization) pada tahun 1921. Tahun 1919 RMP Sosrokartono juga diangkat menjadi Atase Kebudayaan di Kedutaan Besar Perancis di Belanda.Sebuah prestasi yang bukan main-main. Bahkan Muhammad Hatta dalam Memoir menulis bahwa pendapatan Sosrokartono pada masa itu mencapai US$ 1.250 per bulan dan beliau biasa bergaul dengan para cendikiawan dan bangsawan Eropa. “Dengan gaji sebanyak itu, ia dapat hidup sebagai miliuner di Wina,” tulis Hatta (meskipun ada beberapa kontroversi ttg kekayaan beliau, ada yang menyebutkan bahwa itu berasal dari hasil berhutang.). Beliau pun akhirnya mendapat berbagai julukan, antara lain De Mooie Sos atau Sos yang ganteng, dan De Javanese Prins atau Pangeran dari tanah Jawa.
Lanjut Bawah

Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/512718a71cd719655a000001

0 komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © 2014. Kaskus Hot Threads - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger