LAILA Zohrah ST MEng Phd bisa merasakan suasana puasa di Jepang.
TRIBUNNEWS.COM - LAILA Zohrah ST MEng Phd nama lengkapnya. Perempuan kelahiran Banjarmasin ini sungguh beruntung bisa merasakan suasana puasa di Jepang. Tepatnya di Kota Chiba, sekitar satu jam perjalanan kereta listrik dari Kota Tokyo.
Saat itu ia datang ke Jepang pada 2004 untuk studi S2, walau sebelumnya juga pernah datang belajar sebagai researcher pada 2001 selama setahun. "Alhamdulillah saya diberikan kesempatan lagi berangkat pada 2004 melalui beasiswa Monbukagakusho waktu itu," ucapnya.
Pada tahun 2004 ia harus melewati sekolah program Bahasa Jepang selama satu tahun yang di laksanakan oleh Chiba University, yang pada waktu itu merupakan proses seleksi beasiswa di Indonesia.
Setelah satu tahun masa studi bahasa, ia diberikan orientasi laboratory selama enam bulan di Urban Planning and Design Laboratory Chiba University, yaitu tempatnya belajar sehari-hari selama studi program master. Adapun Jurusan yang dipelajari adalah arsitektur konservasi pada laboratorium perencanaan dan perancangan kota.
"Saya berangkat mengandalkan uang pribadi hasil dari bekerja saya di salah satu konsultan dan kontraktor di Kalimantan Selatan. Di samping itu, ibu saya sangat mendukung dan memberikan motivasi yang kuat bahwa saya harus lebih maju dari yang lainnya," ujarnya bersemangat.
Tinggal di Kota Maebashi, sekitar 4 jam naik kereta listrik dari kota Tokyo, tepatnya belajar di Maebashi Institute of Technology. Sebuah kota yang jauh dari Tokyo, jauh dari keramaian Kota Tokyo.
Alasan ia berangkat waktu itu adalah ingin merubah nasib, dan ingin belajar dengan mencari beasiswa di sana dan bisa men-support kehidupan sendiri dan ketika pulang ke Indonesia nanti akan mempunyai banyak cerita pengalaman hidup yang bisa dibagi kepada siapa pun.
"Sampai pada tahun 2002 saya memutuskan untuk pulang dulu ke Indonesia dengan pertimbangan beasiswa saya waktu itu terlalu kecil, sehingga kurang bisa men-support saya untuk full time belajar.
Saya waktu itu selain belajar di lab juga harus menyambi kerja sebagai part timer di Restoran Sushi dan Restoran Sate dekat dengan kampus, deskripsi pekerjaan saya adalah tukang masak, tukang cuci piring, tukang catet menu, juga cleaning service. Semua harus dikerjakan selama tujuh jam sehari," kenangnya sambil tersenyum.
Pertama kali perempuan kelahiran 29 Juni 1977 ini menginjakkan di Bandara Narita, Jepang, kemudian menuju kampus Chiba University. Disepanjang jalan ia merasa sangat terharu karena kotanya sangatlah ramah.
"Saya berasa disambut dengan deretan pohon bunga sakura pink dan putih. Sebegitu romantisnya kota ini sehingga saya merasa seperti disambut dan senang hati datang ke sini dengan segala perjuangan saya. Tata kota yang rapi dan bersih, dan juga banyak sekali lampu merah, sehingga semua bisa saling menghargai dan berhati-hati.Pintu taxinya pun juga bisa buka sendiri, jadi gak kita yang buka," bebernya
Puasa pada 2004 saat dirinya masih single alias belum menikah, saat itu ia sering bergabung dengan komunitas persatuan pelajar Indonesia Chiba, komunitas tersebut sering mengadakan buka puasa bersama, tempatnya bergantian.
"Senangnya puasa di Jepang pas lagi musim dingin. Imsak pukul 05.00 dan waktu berbuka pukul 04.30. Puasa tak terasa, sebentar sekali. Kadang-kadang juga berangkat ke Masjid Hiroo Tokyo untuk berbuka sampai itikaf dan sahur, ketika pagi pulang kembali ke apartmen. Ketika sahur saling kontak-kontakan telepon sesama teman muslim di universitas atau chating sambil makan biar gak terlalu kesepian saat sahur sendirian di kamar," cerintanya antusias.
Menurut Laila, orang Jepang sangatlah terkagum-kagum kebiasaan orang Indonesia, melihat suasana saat berbuka puasa, makanan yang melimpah dan tidak pandang siapa pun bisa bersantap dengan aneka masakan dari Banjarmasin, seperti soto Banjar tentunya.
Aktivitas seperti biasa memasak saat sahur dan berbuka puasa. Selain juga berkumpul mengaji bersama dengan kawan-kawan di Chiba. Pada pukul 08.00 sudah berada di lab untuk belajar dan meneliti, puasa tidak mengganggu aktivitas belajar.
"Kami pun tetap belajar dan bekerja keras sesuai dengan deadline yang diprogramkan. Tidak ada beda dengan hari saat tidak puasa, aktivitas selalu sama. Disegarkan dengan berkumpul bersama kawan-kawan sesama muslim untuk berbuka puasa. Walau kadang juga mesti buka puasa di lab saja," pungkasnya. (ee)
http://www.tribunnews.com/ramadan/20...-negeri-sakura
Study In Japan Is Very Hard...............
Not For Weak Soul.........
Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/51ecb2f88227cfa635000005
0 komentar:
Posting Komentar