Code:
Akhirnya terpaksa menulis lagi..
karena bertubi-tubi mendapat pertanyaan/curhatan yang sama, hampir setiap hari..
jadi biar jawabnya mudah, supaya dirujuk ke tulisan ini..
begini kira-kira
Ny X :
"Dzan, gw capek nih dengeran cerita salah seorang member dari kota S.
Tiap hari curhat, gara-gara udah resign tapi bisnisnya ga jalan-jalan
alias bangkrut. Sekarang malah keluarganya terancam perceraian. Orang
itu agak nyalahin komunitas yang komporin resign tanpa diberitahu
resiko nya. Harusnya kasitau donk resiko resign dll, jangan cuma yang
enaknya doank yang di share di komunitas. Dan banyak lho member yg
bernasib sama.. gimana nih?"
Mr.Y :
"Bro, ada yang lagi curhat nih. teman saya frustasi. sudah resign trus
bisnis bangkrut. dia bener-bener frustasi. Sekarang dia menghidupi
keluarganya dengan "jatah" dari mertuanya. Gimana nih?"
Mr. Z
"utang jadi banyak banget..Gw nyerah nih bro.. gw mau jadi karyawan
lagi. tuntutan hidup makin berat, gw butuh kepastian penghasilan...Â"
Menghela nafas sebentar...
Bingung juga, mulai darimana ya njelasin nya
Mulai dari kapasitas saya untuk menjawab dulu deh
1. saya bukan founder dari komunitas tersebut saya hanyalah anggota biasa.
2. saya belum pernah merasakan jadi karyawan/TDB atau apapun
istilahnya. Karena semenjak kuliah sudah berdagang. Walau begitu saya
bisa merasakan beratnya perjuangan bisnis orang-orang yang sebelumnya
pernah bekerja.
3. tapi saya pernah mengalami kegagalan, kemunduran, kebangkrutan yang
sama. Bahkan berkali-kali. Dan berkali-kali itu pula, alhamdulillah
/> dengan pertolongan Allah, saya selalu bisa untuk bangkit kembali.
Oke, setelah tau kapasitas saya untuk menjawab, lanjut ya sekarang ke
pembahasan.
Pertama : Menjadi karyawan tidak berarti lebih buruk dari menjadi
pengusaha. Dan menjadi pengusaha, belum tentu lebih baik daripada
karyawan
Mengapa?
- karena yang lebih mulia di sisi Allah adalah yang lebih bertakwa.
Karyawan yang bertakwa jauh lebih baik daripada pengusaha yang korup
- ga semua pengusaha itu lebih kaya dari karyawan.. contoh :
penghasilan saya saat ini tidak lebih besar dari Dirut Bank Mandiri
hehe
Kedua : Pahami bahwa status pengusaha dan karyawan adalah hanya
aktualisasi diri kita dalam kehidupan. Semua sama saja. Sama-sama
dibutuhkan umat manusia
Bayangkan bahwa isi dunia ini adalah sebuah organisasi besar. Ada
orang-orang yang bertugas menjaga keamanan (tentara/polisi), ada
orang-orang yang membantu orang yang sakit (paramedic), ada yang
mengatur Negara (politisi), ada pengusaha dan lain-lain.
Semuanya sama-sama dibutuhkan. Tidak ada boleh merasa lebih antara
satu dan lainnya.
Ketiga : Pahami resiko
- Jadi tentara/polisi dituntut latihan fisik yang lebih. Kalo kita
bukan tipe yang demikian, jangan dipaksakan ber-aktualisasi disana.
- Jadi dokter/paramedic dituntut untuk lebih empati dan sabar. Kalo
kita ga nyaman ada orang yang malem-malem minta diobati, ya jangan
jadi dokter
- Jadi pengusaha dituntut untuk siap profit dan siap rugi. Siap maju
dan siap bangkrut. Kalo kita ga punya mental siap bangkrut, ya ga usah
jadi pengusaha. Tapi ketika kita memilih menjadi pengusaha, ya terima
resiko nya apapun itu. Jangan mengeluh, karena ini adalah pilihan
kita. Tapi kalo memang tidak cocok, ya jadi karyawan juga ga lebih
hina..
- Kata siapa pengusaha banyak waktu luang? Justru pengusaha bisa
bekerja 24 jam non-stop! Tapi bedanya, kita mencintai pekerjaan kita
jadinya tidak terasa capek. Jadi jangan bermimpi menjadi pengusaha itu
bisa bermalas-malasan.
- Belum lagi risiko dicibir orang, keluarga, mertua dll ketika baru
merintis bisnis dibilang ga punya pekerjaan tetap lah pekerjaan ga
jelas lah.. penghasilan ga jelas.. malu-malu-in lah.. hayo apa lagi?
Keempat : Terima Konsekuensi
- Masuk jadi tentara trus mengeluh.. Â"gimana sih suruh lari 10km
setiap hari! Emangnya ga capek!Â".. Â"Ah, bapak/ibu sih yang maksa jadi
tentara! Udah saya bilang saya ga suka! Pegel-pegel nih latihannya!Â"
- Masuk jadi dokter juga mengeluh Â"gilak tiap hari harus liatin
darah harus deket-deket sama orang-orang kusta, orang kudisan, eximÂ
mana gw tahan..Â".. Â"gara-gara siapa nih?Â"
- kira-kira begitulah kalo salah pilih menjadi pengusaha terdengar
seperti anak kecil ya? Ya begitulah seharusnya anda melihat diri anda
ketika anda mengeluh. Ngerasa salah jalan? Belum telat kok untuk
pindah haluan, tapi satu yang pasti : gentle donk sama pilihan
sendiri! Jangan mengeluh! Apalagi nyalah-nyalahin orang lain atau
komunitasÂ
Jadi, mohon maaf, saya agak kurang sepakat jika menyalahkan komunitas.
Plis, jangan biasakan BEJ (blame, excuse, justify). Biasakan untuk
menyalahkan diri sendiri.
CONTINUE..
Sumber :http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000004740083
0 komentar:
Posting Komentar